"Aku sayang kamu, tapi aku tak ingin bersedih. Entah mungkin aku yang terlalu perasa, atau memang kamu yang membuat aku sedih." Samar-samar suaranya terdengar mendayu dihempas angin malam. Hanya ada mereka berdua di kolong langit malam yang indah itu. Bulan yang teramat suci, menyadarkan ia yang sedang bersedih. Entah bermulai darimana, namun yang ia rasakan tak pernah ada kedamaian pada dirinya. Selalu saja sesak yang dirasa. Meski senyum lebar menghiasi bibirnya. Kini ia tersadar bahwa semua ini memang hanya titipan Tuhan. Orang-orang yang ia miliki dan cintai, harta, tahta, ilmu dan kebahagiaan adalah titipan-Nya. Ia hanya perlu untuk menjaga dan merawatnya. Agar tidak lepas. Namun memang tanpa diundang, yang datang akan datang, dan yang hilang akan tetap menghilang. Tak ada yang mampu memaksakannya. Tak ada yang tahu kedepannya seperti apa. Entah itu satu tahun ke depan, bulan depan, besok, jam ataupun sedetik kemudian. Ia hanya mampu tersenyum pada langit. P
Aku tidak akan berhenti menulis, meskipun kamu enggan untuk membacanya. -S.Fajarrany