Apakah salah jika aku hanya ingin berdialog denganmu? Sekejap memandang makna matamu. Bersandar dibahumu yang kokoh dan tak pernah rapuh. Kini, aku rapuh dan meredup. Aku bersinar namun kembali diredupkan. Aku terlalu naif untuk memohon padamu. Engkau yang selalu hidup dalam setiap karyaku. Tak ada yang berubah dari awal hingga saat ini. Namun waktu menuntut diriku untuk menjauh. Karena apa? Noda cinta yang tertoreh tak terobati lagi.
Mungkin ini yang dinamakan ketulusan. Tuhan menganugerahkan ketulusan pada cintaku. Kau tahu, seburuk apapun kamu, air laut tetaplah asin. Namun sampah telah merubah rasa air asin. Namun kaki sejenak menoleh, tak pernah nampak ketulusan pada dirimu. Aku tak sedikitpun menemukan ketulusan dalam setiap tatapan matamu. Ini bukan perkara yang mudah. Ini teramat sulit, melebihi soal-soal SBMPTN yang sedang ditakuti banyak pihak.
Aku ingin terus memelukmu dan mendengar keluh kesahmu. Namun kini keadaan tak memungkinkan hal itu terjadi. Lebih baik kulepaskan segalanya. Terbanglah merpatiku. Bawa semua kenangan yang sempat kita kotret bersama. Bawa sejauh kau terbang. Biarkan aku sendiri menyembuhkan luka. Kau bebas, kau tak akan kuterkam. Kini aku sadar, Tuhan tak meridhoiku untuk membenahi dalam ataupun luarmu. Biarlah, aku bukan wanita yang beruntung untuk mengubahmu. Semoga Tuhan selalu bersamamu wahai merpatiku. Aku ikhlas membiarkan kau terbang sendiri tanpa diriku lagi.
Komentar
Posting Komentar